Selasa, 28 Maret 2017

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN TENTANG BERORIENTASI PADA TINDAKAN

BERORIENTASI PADA TINDAKAN


Disusun oleh:
1.     Andry Ferdinand Dito (47215555)
2.     Lestari Noni Cecilia S  (43215813)
3.     Shella Ryana Ananda  (46215531)
Kelas: 2DA02
Mata Kuliah : Kewirausahaan




JURUSAN AKUNTANSI KOMPUTER
PROGRAM DIPLOMA TIGA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan (action). Tidak hanya sekedar bermimipi, berkata – kata, berpikir-pikir, atau berwacana. seseorang pengusaha selalu ingin menghadapi risiko, ketidak pastian,dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. . Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian). Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko. Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi dan dilandasi oleh  suatu pemikiran atau mindset.

Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only). NATO hanya akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO hanya menghasilkan teori dan falsafah. Pada mumnya, yang berpikiran NACO adalah akademisi yang berpikir menggunakan logika formal. Seorang konseptor atau teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di lapangan. Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya di lapangan bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-pelanggannya. Maka supaya mendapatkan data yang valid dan ilmiah, seorang konseptor harus terbiasa menguji data-datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Tetapi, kalau seorang konseptor tidak menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya, sehingga cenderung mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya, dia bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1.  Apakah yang dimaksud karakter beriorentasi pada tindakan?
1.2.2.  Apa itu Resiko?
1.2.3.  Bagaimana cara mengelola Resiko?
1.2.4 Bagaimana sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan?

1.3 TUJUAN
1.3.1. Mengetahui arti Karakter Beriorentasi pada Tindakan
1.3.2. Mengetahui arti Resiko
1.3.3. Mengetahui cara mengelola Resiko
1.3.4. Mengetahui sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Karakter yang berorientasi pada tindakan
Karakter yang berorientasi pada tindakan :
Merupakan karakter yang harus dimiliki dan dilakukan oleh pengusaha. Hal ini sangat penting karena salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Karakter untuk menjadi pengusaha yang perlu dikembangkan, diantaranya yaitu pemikirannya harus out of the box, harus berani mengambil langkah ke depan tanpa flashback ke belakang.

Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan :
Menurut kami sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan merupakan sikap yang harus/wajib dilakukan oleh pengusaha itu sendiri. Tidak hanya sekedar bicara dan bermimpi. Mereka seharusnya  memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya.

B.     Pengertian resiko menurut para ahli :
1.      Arthur Williams dan Richard, M H
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode terentu
2.      Abas Salim
Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian
3.      Soekarto
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa

4.      Herman Darmawi
Resiko adalah penyebaran penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan


C.     Mengidentifikasi resiko potensial :
Proses manajemen risiko terdiri dari beberapa langkah dimana langkah paling awal adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang potensial terjadi yang dapat membahayakan tercapainya tujuan strategis perusahaan.
Tujuan dari mengidentifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko-risiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi risiko kita dapat mulai dengan mengenali sumber-sumber penyebab terjadinya permasalahan atau dari permasalahan itu sendiri :
• Analisa sumber-sumber penyebab terjadinya permasalahan.
Terjadinya permasalahan bisa disebabkan karena faktor risiko internal atau eksternal.
Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko - risiko seperti ini biasanya timbul karena masalah keuangan, organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah lain di dalam perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan. Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek, peningkatan biaya atau gangguan / interupsi pada arus kas.
Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali manusia, misalnya aktivitas di pasar uang / pasar modal, kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan / alam (cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana menghadapinya.


D.    Langkah-langkah pengelolaan resiko:
1.      Dikontrol (risk control)
Upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol resiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
Upaya yang dilakukan untuk mengontrol resiko :
·         Membuat dan mengimplementasikan standar operasional prosedur (SOP) yang baik.
·         Melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses.
·         Melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja dan termasuk mengintrodusir budaya sadar resiko kepada semua karyawan.

2.      Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)
Upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan resiko yang kita hadapi terhadap pihak lain.
Cara ditransfer kepada pihak lain, misalnya :
1.      Memindahkan resiko terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi.
2.      Untuk memindahkan resiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing.
3.      Untuk memindahkan resiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
4.      Dibiayai sendiri (risk retention)







E.     Upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh resiko.
Mendanai resiko :
1.      Dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai resiko, yang tentu akan membuat meningkatnya modal kerja.
2.      Membiayai resiko tanpa dana cadangan akan menimbulkan resiko baru, yaitu terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Contoh, ada resiko kebakaran dari toko yang digunakan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut, sehingga ekspansi gagal dilakukan.
3.      Dihindari (risk avoidance)
Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko yang dihadapi. Perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu sering melakukan penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha, karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan.

F.      Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah mengelola risiko.
Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara pengelolaan risiko:

a.    Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar. Tetapi cara semacam ini tidak optimal.
Contoh: jika ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.



b.    Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention).

c.    Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi  pada satu atau dua eksposur saja.
Contoh: memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset yang lainnya.

       d.  Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.

       e.    Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.


   


     f.     Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.

G.    Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.

a.       Risk  Transfer
Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah melakukan trnsfer risiko atau risk transfer.  Pada kondisi ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya tertentu (biaya lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko terjadi) pada pihak lain yang memilki kemampuan dan kapasitas untuk mengumpulkan eksposure sehingga mencapai kondisi ekonomi.




Berikut ini beberapa cara dalam risk transfer.    
-          Asuransi
Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima  perusahaan asuransi, sampai pada skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya yang akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak pastiannya.
Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.

-          Hedging
Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai penanggung jawab bila terjadi  kejadian yang tidak diinginkan terjadi.  Hedging biasanya terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang asing.  Misalnya kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata uang asing lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam mata uang asing seperti dolar atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah yang mencapai 500%.  Pada kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa depan akan sangat tertolong  mengingat sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus membeli pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku dalam kontrak.  Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.

-          Incoporated
Incoporated merupakan bentuk transfer risiko  bagi individu mengingat  dengan pembentukan perusahaan kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemgang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya.

H.    Perencanaan dan Tindakan
Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya.
Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada. Jadi, membuat keputusan adalah suatu proses memilih antara berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan. Semakin berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin berorientasi pula pada suatu tindakan. Jika seorang Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.

Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.

Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif dalam dan lebih kreatif, karena ia harus membuat keputusan (decision making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka) atau dukungan staf yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnisnya pada masa yang akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam prakteknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan diambil tindakan pembetulannya.

Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan pengambilan keputusan itu didasarkan atas dasar data-data dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan usaha, dan sebagainya.




Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang sudah ditentukan, sesuai dengan teknik-teknik pemecahan masalah. Adapun pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah sebagai berikut :
-          Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
-          Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan fakta-fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan logika, penalaran, dan institusinya untuk membuat keputusan.
-          Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan.
-          Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
-          Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar.
-           Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang telah berhasil pada masa lampau.
-           Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastic susunan organisasi yang sekarang.
-           Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.

Seorang Wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika Anda dihadapkan pada alternatif harus memilih, maka buatlah pertimbanganpertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan boleh meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-ragu. Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha akan dapat mengambil keputusan yang terbaik. Banyak factor yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan (decision making), diantaranya motivasi, persepsi, dan proses belajar. Dalam proses pembuatan keputusan, kenyatannya ada Wirausaha yang mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan ada pula Wirausaha yang berperilaku membuat keputusan secara otomatis.



Jika keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hendaknnya tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan Wirausaha, dan sebagainya.
-          Seorang Wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam bisnisnya.
-          Seorang Wirausaha suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnis pada masa mendatang.
-          Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada.
-          ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya.

I.       Sifat-sifat yang Menghasilkan Tindakan yang Efektif
Adapun tujuh sifat yang bisa menghasilkan tindakan-tindakan yang efektif yaitu :
1.      Jadilah Proaktif (Be Proactive)
Jadilah proaktif maksudnya adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, dimasa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan.

2.      Merujuk pada Tujuan Akhir (Begin With The End in Mind)
Merujuk pada tujuan akhir tidak Sekedar tujuan, tetapi tujuan yang benar agar mencapai tujuan yang benar. Tuliskan misi pribadi hidup kita yang menggambarkan tujuan dan citra diri, Misi pribadi ditemukan melalui serangkaian tindakan atau kejadian-kejadian pahit sehingga membentuk kebajikan dan filosoSOFI

3.      Dahulukan yang Utama (Put First Thing First)
Dahulukan yang utama maksudnya adalah mengorganisasikan dan melaksanakan apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan, visi, nilai-nilai, dan prioritas-prioritas yang kita miliki). Hal-hal sekunder tidak didahulukan, hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

4.      Berfikir Menang/Menang (Think Win Win)
Berfikir menang/menang maksudnya adalah cara berfikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagai informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.

5.      Memahami untuk Dipahami (To Understand To BeUnderstood)
Memahami untuk dipahami maksudnya adalah memahami apa yang orang lain sampaikan kemudian baru sebaliknya, mereka akan memahami kita demi terciptanya komunikasi yang lancar dan inti yang dibicarakan tersampaikan. Dengan kata lian kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan, berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.






6.      Wujudkan Sinergi (Synergy)
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Sinergi adalah buah dari sikap saling menghargai sikap memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang.

7.      Mengasah Gergaji (Sharpening The Saw)
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.



BAB III
ANALISIS

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa :
·         Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only).
·         Sikap dan tindakan pribadi yang berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan, yaitu :
o   Proaktif
o   Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind) atau Tujuan
o   Mendahulukan Hal yang Utama
o   Berpikir dan bertindak Menang-Menang
o   Memahami untuk dipahami
o   Sinergi
o   Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan kekuatan
o   Menemukan keunikan pribadi dan membantu orang lain menemukannya
·         Risiko adalah suatu kemungkinan yang terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak diinginkan atau tidak sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
·         Adapun jenis-jenis strategi untuk mengelola risiko antara lain:    
o   Risk Transfer
o   Risk Avoidance
o   Risk Retention
o   Risk Reduction
o   Risk Deferral
Segala sesuatu harus selalu saling berdampingan antara perencanaan atau strategi dan tindakan. Kedua hal tersebut harus saling mendukung satu sama lain karena dengan perencanaan sebaik-baiknya apabila tidak ada tindakan yang tepat maupun tidak ada tindakan sama sekali perncanaan tersebut tidak akan pernah berjalan. Begitu juga sebaliknya, dengan tindakan yang dilakukan akan tetapi tidak dilakukan dengan perencanaan yang baik tidak akan menghasilkan output yang maksimal.
Dengan berani memberikan strategi dan melakukan tindakan juga harus dibarengi dengan adanya tanggung jawab dengan apa yang telah dirancang maupun yang telah dilakukan. Sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah ktia rancang maupun yang telah kita lakukan.
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah :
- Sehebat apapun angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil resiko. Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia.
b. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan.
c. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi dan dilandasi oleh entrepreuneurial mindset.
d. Talk less do less, talk more do more, and talk much do much!


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Pengertian Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertidak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini terkadang dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya. Perencanaan dan Tindakan Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil. Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada.
Resiko sangat tidak bisa dihindari tetapi resiko dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pengelolaan resiko. Karena resiko sangat mengandung ketidak pastian, maka dalam menjalankan usaha perlu diterapkan manajemen resiko maupun pengelolaan resiko, pengelolaan resiko terbagi dalam bermacam-macam metode, mulai dari penghindaran,menahan atau menanggung, diversifikasi, transfer resiko, pengendalian resiko, pendanaan resiko. Dalam metode transfer resiko ada berbagai macam cara, diantaranya adalah asuransi, hedging dan incoporated.





B.     SARAN
Untuk menjadi seorang entrepreneur yang hebat, berikut ini hal-hal yang kami sarankan untuk dilaksanakan :
1. Membuat strategi sebaik baiknya maupun perencanaan yang baik dan dilanjutkan dengan tindakan sesuai dengan strategi ataupun perencanaan yang ada.
2. Melakukan segala sesuatu dengan dibarengi pertanggung jawaban.
3. Latihlah pribadi Anda untuk memiliki sifat-sifat yang efektif.
4. Jangan pernah berhenti belajar dari entrepreneur yang telah sukses sebelumnya.
5. Bentuklah pribadi yang berkomitmen dan memiliki loyalitas yang tinggi.


REFRENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar