KEPEMIMPINAN
Disusun oleh:
1.
Andry Ferdinand
Dito
(47215555)
2.
Lestari Noni
Cecilia S (43215813)
3.
Shella Ryana
Ananda (46215531)
Kelas: 2DA02
Mata Kuliah : Kewirausahaan
JURUSAN AKUNTANSI KOMPUTER
PROGRAM DIPLOMA TIGA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kepemimpinan bagi seorang kewirausahan adalah
modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan kreativitas. Kreativitas yang tinggi membuat anda inovatif dan
adaptif, kaya dengan pembaharuan dan tidak mudah dihambat oleh
kejadian-kejadian dari luar. Kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan
kepercayaan menjadi sebuah usaha yang efiktif yang berpengaruh luas dan hidup.
Sebelum usaha
yang dibangun tanpa kepemimpinan yang kuat hanya akan menjadi usaha kecil yang
stagnant (tidak berkembang). Anda hanya mampu memimpin sedikit orang dari usaha
kecil dan tidak ada pertumbuhan usaha. Tanpa kepemimpinan, tidak ada orang
hebat yang bekerja pada anda karyawan anda tidak betah bekerja sama dengan
anda, dan pengetahuan atau pengalaman yang sudah anda tanam, hilang bersama
kepindahan mereka. Tanpa kepemimpinan, tidak ada visi besar yang dapat dibangun
menjadi sebuah usaha besar. Hanya orang-orang yang tak bisa ke mana-mana yang
bertahan bekerja pada Anda. Sebaliknya, kepemimpinanlah yang akan membentuk
usaha Anda menjadi besar dan banyak orang yang mau bekerja dengan Anda.
Kepemimpinan dibentuk bertahap sejalan dengan tumbuhnya usaha. Dari kombinasi
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara mengarahkan dan penerimaan.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata
pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun
keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas
kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung
pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan
personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan
perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan
melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi,
kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif,
kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam
organisasi, kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta
kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1.
Apa Definisi Kepemimpinan?
1.2.2. Apa saja
Sifat-Sifat Pemimpin yang harus dimiliki?
1.2.3. Bagaimana
Karakteristik Kewirausahaan?
1.2.4. Bagaimana
Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan?
1.2.5. Bagaimana
Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan dalam Kewirausahaan?
1.3 TUJUAN
1.3.1. Mengetahui definisi kepemimpinan.
1.3.2. Mengetahui sifat-sifat pemimpin yang harus dimiliki.
1.3.3. Mengetahui prinsip kepemimpinan kewirausahaan.
1.3.2. Mengetahui sifat-sifat pemimpin yang harus dimiliki.
1.3.3. Mengetahui prinsip kepemimpinan kewirausahaan.
1.3.4. Mengetahui langkah-langkah
pengambilan keputusan.
1.3.5. Mengetahui kriteria keberhasilan kepemimpinan. Mengetahui arti resiko
1.3.5. Mengetahui kriteria keberhasilan kepemimpinan. Mengetahui arti resiko
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori
kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu
membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya
yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru.
Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari
masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang
kepemimpinan.
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian
suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan,
persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta
etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).Teori kepemimpinan pada
umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin
dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang
sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban
manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa.
Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab
seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi
pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan
serta didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia
memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan
pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu
dikaitkan dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
B. Teori-teori dalam Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan
oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut
Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat
yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas,
adaptabilitas, orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa
kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap
yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala
prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku: Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan
memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan,
menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya
setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin
yang lebih mementingkan tugas organisasi. Berorientasi kepada bawahan dan
produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh
penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada
pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan
perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi
memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan
penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain,
perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari
masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
·
Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
·
Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
·
Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
·
Norma yang dianut kelompok;
·
Rentang kendali;
·
Ancaman dari luar organisasi;
·
Tingkat stress;
·
Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Teori lainnya, yaitu :
1) Teori
orang-orang terkemuka
Bernard,
Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan kepemimpinan berkenaan dengan
sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2) Teori
lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh
kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial
dalam keadaan tertekan, perubahan dan
adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan kepemimpinan tidak terletak dalam
darir individu melainkan merupakan fungsi dari suatu peristiwa.
3) Teori
personal situasional
Kepemimpinan dihasilkan dari rangkaian tiga faktor,
yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar kelompok dan anggotanya serta
peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4) Teori
interaksi harapan
Semakin tinggi kedudukan individu dalam kelompok
maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak anggota kelompok yang
berhasil diajak berinteraksi.
5) Teori
humanistik
Kkepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan harapan-harapan,
nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang terlibat dalam
interaksi yang berlangsung.
6) Teori
pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang
anggota untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar
bagi dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota
tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh
kemampuan “membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya
agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian
gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan
perilaku tertentu
C. Konsep
Kepemimpinan
a) Sifat
Dasar Kepemimpinan
Sebelum membahas lebih lanjut apa itu kepemimpinan dan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif,
kita perlu tahu apa arti dari kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan telah
menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak
masa dahulu. Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang
kepemimpinan. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa “Kepemimpinan merupakan
salah satu fenomena yang paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu
hal yang paling sulit dipahami” (Richard L. Daft,1999). Mendefinisikan
kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat
dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi,
perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman
tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.
b) Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Arti kata-kata ketua
atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah untuk menunjukan
adanya pembedaan anatara pemerintah dari anggota masyarakat lainnya. Banyaknya konsep defiisi kepemimpinan yang
berbeda hampir sebanyak jumlah orang
yang telah berusaha untuk mendefinisikannya. Untuk lebih mempermudah pemahaman
kita, maka akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk
membahas konsep kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan
yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang
menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C.
Rost.,1993).
Unsur kunci dari definisi ini dirangkum
pada gambar dibawah ini. Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang
mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan
signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama
oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini
berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang
pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan
demikian kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi.
Unsur-unsur pokok dalam kepemimpinan
Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang yang
terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubhan sehingga pemimpin
diharapkan mampun menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan
bukan mempertahankan status quo. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan
merupakan sesuatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan (purposes)
yang diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan
ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi.
Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil
yang diinginkan bersama.Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk
orang-orang sehingga kepemimpinan
melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan
dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai
tujuan yang diinginkan bersama.
Dengan demikian, baik pemimpin atau pun pengikut mengambil tanggung
jawab pribadi(personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Banyaknya konsep definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak
jumlah orang yang telah berusaha untuk mendefinisikannya.
Banyak kesamaan di antara definisi-definisi tersebut
yang memungkinkan adanya skema klasifikasi secara kasar.
1.
Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses
kelompok
Mumfrrord
(1906-1907) : “kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa individu
dalam kelompok, dalam mengontrol gejala-gejala sosial “. Cooley (1902) :
“pemimpin selalu merupakan inti dari tendensi dan di lain pihak, seluruk
gerakan sosial bila diuji secara teliti akan terdiri atas berbagai tendensi
yang mempunyai inti tersebut”.
Redl (1942) : “pemimpin adalah figur sentral yang
mempersatukan kelompok”
Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan dari
kelompok, akan tetapi boleh dipandang
sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan”.
Knickerbocker (1948) : “kepemimpinan adalah fungsi
dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu dan terdiri atas hubungan
antara individu dengan kelompoknya.
2.
Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian
dan akibatnya
Bowden (1926), mempersamakan kepemimpinan dengan
kekuatan kepribadian.
Tead (1929), kepemimpinan sebagai perpaduan dari
berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk
mengerjakan beberapa tugas tertentu.
Bogarus (1928), kepemimpinan sebagai bentukan dan
keadaan pola tingkah laku yang dapat membuat orang lain berada di bawah
pengaruhnya.
3.
Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi
orang lain
Munson (1921) : ”kepemimpinan sebagai kemampuan
menghendle orang lain untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sedikit
mungkin dan kerja sama yang besar. Kepemimpinan adalah kekuatan semangat/moral
yang kreatif dan terarah”.
4.
Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh
Shartle
(1951) : “pemimpin dapat dianggap sebagi seorang individu yang menggunakan
pengaruh positif melalui tindakannya terhadap orang lain”.
Tannenbaum, Weschler dan Massank (1961) :
“kepemimpinan sebagai pengaruh interpersonal, dipraktekan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan.
5.
Kepemimpinan sebagai tindakan atau
tingkah laku
Hemphill (1949) : “kepemimpinan didefinisikan sebagi
tingkah laku seorang individu yang mengatakan aktivitas kelompok”
6.
Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Schenk (1928) :
“kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan
interprestasi dari pada melalui pemaksaan langsung”. Meson (1934) :
“kepemimpinan mengindikasikan adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan
menghasilkan rasa aman dengan melalui pendekatan secara emosional dari pada
melalui penggunaan otoriter”.
7.
Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaan
Warriner (1955) : “kepemimpinan sebagai bentuk
hubungan antara manusia/individu yang mempersyaratkan konformitas dengan
tindakan masing-masing individu”.
8.
Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Cowley (1928) : “pemimpin adalah individu yang
memiliki program, rencana dan bersama
anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”. Bellow
(1959) : “kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota kelompok, termasuk
pemimpin dapat mencapai tujuan bersama
dengan hasil maksimal dlam waktu yang singkat.
9.
Kepemimpinan sebagai akibat dari
interaksi
Borgardus (1929) :
“kepemimpinan tidak sebagi penyebab atau pengendali, melainkan sebagai
aklibat dari tindakan kelompok”.
10.
Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
Sherif (1956) : “menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan peranan di dalam suatu
hubungan dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan
anggota lainnya”.
11.
Kepemimpinan sebagai inisiasi struktur
Stogdill (1955) : “kepemimpinan sebagai permulaan
dan pemeliharaan struktur harapan dan
interaksi”.
Cukup banyak definisi kepemimpinan yang ditawarkan
para ahli di bidang organisasi dan manajemen. Masing-masing memiliki perspektif
dan metodelogi pembuatan definisi yang cukup berbeda, bergantung pada
pendekatan (epistemologi) yang mereka bangun guna menyelidiki fenomena
kepemimpinan..Disini dapat ditarik kesimpulan menurut saya tentanh kepemimpinan
,
D. Pendekatan
dalam Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang kompleks
sehingga para ahli mengkaji masalah ini dari aneka sisi. Masing-masing sisi
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sebagai contoh, penulis
seperti Peter G. Northouse membagi pendekatan kepemimpinan menjadi:
· Pendekatan
Sifat (Trait);
· Pendekatan
Keahlian (Skill);
· Pendekatan
Gaya (Style);
· Pendekatan
Situasional;
· Pendekatan
Kontijensi;
· Teori
Path-Goal;
· Teori
Pertukaran Leader-Member;
· Pendekatan
Transformasional;
· Pendekatan
Otentik;
· Pendekatan
Tim;
· Pendekatan
Psikodinamik.
·
Pendekatan Sifat (Trait Approach atau Quality Approach)
Pendekatan sifat termasuk pendekatan kepemimpinan
yang paling tua. Pendekatan sifatmenganggap pemimpin itu dilahirkan (given)
bukan dilatih atau diasah. Kepemimpinan terdiri atas atribut tertentu yang
melekat pada diri pemimpin, atau sifat personal, yang membedakan pemimpin dari
pengikutnya. Sebab itu, pendekatan sifat juga disebut teori kepemimpinan
orang-orang besar. Lebih jauh, pendekatan ini juga membedakan antara pemimpin
yang efektif dengan yang tidak efektif. Pendekatan ini dimulai tahun 1930-an
dan hingga kini telah meliputi 300 riset.
·
Pendekatan Keahlian (Skills Approach)
Pendekatan Keahlian punya fokus yang sama dengan
pendekatan sifat yaitu individu pemimpin. Bedanya, jika pendekatan sifat menekankan
pada karakter personal pemimpin yang bersifat given by God, maka pendekatan
keahlian menekankan pada keahlian dan kemampuan yang dapat dipelajari dan
dikembangkan oleh siapapun yang ingin menjadi pemimpin organisasi.
Jika pendekatan sifat mempertanyakan siapa saja yang
mampu untuk menjadi pemimpin, maka pendekatan keahlian mempertanyakan apa yang
harus diketahui untuk menjadi seorang pemimpin. Definisi pendekatan keahlian
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengetahuan dan kompetensi yang ada
dalam dirinya untuk mencapai seperangkat tujuan. Keahlian, menurut pendekatan
keahlian dapat dipelajari, dilatih, dan dikembangkan.
·
Pendekatan Gaya Kepemimpinan
Pendekatan gaya
kepemimpinan menekankan pada perilaku seorang pemimpin. Ia berbeda dengan
pendekatan sifat yang menekankan pada karakteristik pribadi pemimpin,juga
berbeda dengan pendekatan keahlian yang menekankan pada kemampuan administratif
pemimpin.
Pendekatan gaya kepemimpinan fokus pada apa benar-benar dilakukan oleh
pemimpin dan bagaimana cara mereka bertindak. Pendekatan ini juga memperluas
kajian kepemimpinan dengan bergerak ke arah tindakan-tindakan pemimpin terhadap
anak buah di dalam aneka situasi.
Pendekatan ini menganggap kepemimpinan apapun selalu
menunjukkan dua perilaku umum : (1) Perilaku Kerja, dan (2) Perilaku Hubungan.
Perilaku kerja memfasilitasi tercapainya tujuan: Mereka membantu anggota
kelompok mencapai tujuannya. Perilaku hubunganmembantu bawahan untuk merasa
nyaman baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan situasi
dimana mereka berada. Tujuan utama pendekatan gaya kepemimpinan adalah
menjelaskan bagaimana pemimpin mengkombinasikan kedua jenis perilaku (kerja dan
hubungan) guna mempengaruhi bawahan dalam upayanya mencapai tujuan organisasi.
·
Pendekatan Kepemimpinan Situasional
Pendekatan Situasional adalah pendekatan yang paling
banyak dikenal. Pendekatan ini dikembangkan oleh Paul Hersey and Kenneth H.
Blanchard tahun 1969 berdasarkan
Teori Gaya Manajemen Tiga Dimensi karya William J.
Reddin tahun 1967. Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena
kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Premis dari pendekatan ini
adalah perbedaan situasi membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara
pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gaya mereka
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa
kepemimpinan terdiri atasdimensi arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi
harus diterapkan secara tepat dengan memperhatikan situasi yang berkembang.
Guna menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus, pemimpin harus
mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar komitmen
pekerja atas pekerjaan yang diberikan.
Dengan mengkombinasikan derajat tertentu perilaku
kerja dan derajat tertentu perilaku hubungan, pemimpin yang efektif dapat
memilih empat gaya kepemimpinan yang tersedia, yaitu:
1.
Pemberitahu
2.
Partisipatif
3. Penjual
4. Pendelegasi.
1) Gaya Telling (Pemberitahu)
Gaya Pemberitahu adalah gaya pemimpin yang selalu
memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan
dari jarak dekat. Gaya Pemberitahumembantu untuk memastikan pekerja yang baru
untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, dan akan menyediakan fundasi solid
bagi kepuasan dan kesuksesan mereka di masa datang.
2) Gaya Selling (Penjual)
Gaya Penjual adalah gaya pemimpin yang menyediakan
pengarahan, mengupayakan komunikasi dua-arah, dan membantu membangun motivasi
dan rasa percaya diri pekerja. Gaya ini muncul tatkala kesiapan pengikut dalam
melakukan pekerjaan meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap
membimbing akibat pekerja belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas
pekerjaan. Sebab itu, pemimpin perlu mulai menunjukkan perilaku dukungan guna
memancing rasa percaya diri pekerja sambil terus memelihara antusiasme mereka.
3) Gaya Participating (Partisipatif)
Gaya Partisipatif adalah gaya pemimpin yang mendorong
pekerja untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan
bawahan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Mereka mau membantu pada
bawahan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan
pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah.
Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan
cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu
pengikutnya.
4) Gaya Delegating (Pendelegasi)
Gaya Pendelegasi adalah gaya pemimpin yang cenderung
mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
Gaya ini muncul tatkala pekerja ada pada tingkat kesiapan tertinggi sehubungan
dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya.
· Pendekatan Teori Kepemimpinan
Kontijensi (Ketidakpastian)
Teori Kontijensi dalam kajian kepemimpinan fokus
pada interaksi antara variabel-variabel yang terlibat di dalam situasi serta
pola-pola perilaku kepemimpinan. Teori Kontijensididasarkan atas keyakinan
bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang cocok bagi aneka situasi.
· Pendekatan Teori Pertukaran
Leader-Member (Pemimpin-Anggota)
Hingga sejauh ini, pendekatan-pendekatan
kepemimpinan lebih tertuju pada Pemimpin (Pendekatan Sifat, Pendekatan
Keahlian, dan Pendekatan Gaya) atau pada Pengikut dan Konteks Situasi
(Pendekatan Situasional, Teori Kontijensi, dan Teori Path-Goal). TeoriLeader-Member
Exchange (LMX Theory) berbeda.
Teori LMX fokus pada interaksi antara Pemimpin
dengan Pengikut. Teori ini termanifestasi dalam pola hubungan dyadic (berdasar
2 pihak) antara pemimpin dan pengikut sebagai fokus proses kepempimpinan
· Pendekatan Kepemimpinan Transformasional
Pendekatan Kepemimpinan Transformasional awalnya
digagas oleh James MacGregor Burns tahun 1978.[16] Ia membedakan 2 jenis
kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transaksional dan lawannya, Kepemimpinan
Transformasional.
Pemimpin bercorak transaksional adalah mereka yang
memimpin lewat pertukaran sosial. Misalnya, politisi memimpin dengan cara
“menukar satu hal dengan hal lain: pekerjaan dengan suara, atau subsidi dengan
kontribusi kampanye. Pemimpin bisnis bercorak transaksional menawarkan reward
finansial bagi produktivitas atau tidak memberi rewardatas kurangnya
produktivitas.
Pemimpin bercorak transformasional adalah mereka
yang merangsang dan mengispirasikan pengikutnya, baik untuk mencapai sesuatu
yang tidak biasa dan, dalam prosesnya, mengembangkan kapasitas kepemimpinannya
sendiri. Pemimpin transformasional membantu pengikutnya untuk berkembang dan
membuat mereka jadi pemimpin baru dengan cara merespon kebutuhan-kebutuhan yang
bersifat individual dari para pengikut. Mereka memberdayakan para pengikut
dengan cara menselaraskan tujuan yang lebih besar individual para pengikut,
pemimpin, kelompok, dan organisasi.
Kepemimpinan Transformasional dapat mengubah
pengikut melebihi kinerja yang diharapkan, sebagaimana mereka mampu mencapai
kepuasan dan komitmen pengikut atas kelompok ataupun organisasi.
· Pendekatan Kepemimpinan Otentik
Avolioand Luthans mendefinisikan kepemimpinan
otentik sebagai “proses kepemimpinan yang dihasilkan dari perpaduan antara
kapasitas psikologis individu dengan konteks organisasi yang terbangun baik,
sehingga mampu menghasilkan perilaku yang tinggi kadar kewaspadaan dan
kemampuannya dalam mengendalikan diri, sekaligus mendorong pengembangan diri
secara positif
Kepemimpinan otentik memiliki empatkomponen, yaitu:
(1) Kewaspadaan Diri; (2) Perspektif Moral yang Terinternalisasi; (3)
Pengelolaan Berimbang; dan (4) Transparansi Hubungan. Kewaspadaan Diri. Meningkatnya kewaspadaan
diri adalah faktor perkembangan penting bagi pemimpin otentik. Lewat refleksi,
pemimpin otentik dapat mencapai derajat yang jelas seputar nilai-nilai inti
yang mereka anut, identitas, emosi, dan motivasi atau tujuannya. Dengan
mengenali diri sendiri, pemimpin otentik memiliki pemahaman yang kuat seputar
kediriannya sehingga menjadi pedoman mereka baik dalam setiap proses
pengambilan keputusan maupun dalam perilaku kesehariannya.
· Pendekatan Kepemimpinan Tim
Tim adalah kelompok di dalam organisasi yang
anggota-anggotanya saling bergantung satu sama lain, saling berbagi tujuan
bersama, dan dicirikan oleh adanya satu orang yang mengkoordinasikan kegiatan
bersama mereka. Koordinasi tersebut dilakukan demi mencapai tujuan bersama.
Contoh dari sebuah tim adalah tim manajemen proyek, gugus tugas, unit-unit kerja,
atau tim pengembang organisasi.
Di dalam tim, fungsi utama kepemimpinan adalah
berupaya mencapai tujuan organisasi (tim) secara kolektif, bukan individual.
Tim umumnya memiliki seorang pemimpin yang telah ditentukan. Pemimpin tersebut
dapat berasal dari dalam tim itu sendiri maupun dari luar.
Peran kepemimpinan di dalam tim dapat saja dirotasi
sehingga mungkin saja diisi oleh para anggota lain antarwaktu. Peran
kepemimpinan di dalam tim juga bisa disebar di antara sejumlah anggota tim
tanpa harus ditentukan seorang pemimpin secara formal. Kepemimpinan yang
tersebar tersebut umum ditemukan dalam kepemimpinan tim. Posisi kepemimpinan
dalam tim tidak lagi bercorak satu pemimpin formal selaku pemegang tanggung
jawab utama melainkan jatuh ke tangan beberapa orang yang berpengalaman di
dalam tim. Tindakan hubungan dalam konteks internal dibutuhkan untuk
meningkatkan skillinterpersonal anggota tim sekaligus hubungan yang terjalin di
dalam tim. Tindakan kepemimpinan eksternal adalah tindakan yang dibutuhkan untuk
menjaga tim agar terlindung dari dampak lingkungan eksternal, tetapi di saat
sama, mempertahankan hubungan tim dengan lingkungan eksternal.
Efektivitas tim terdiri atas dua dimensi yaitu : (1)
kinerja tim dan (2) pengembangan tim. Kinerja tim mengaju pada seberapa baik
kualitas tugas yang mampu dicapaioleh tim. Pengembangan tim mengacu pada
seberapa baik tim tetap terpelihara sehubungan dengan pencapaian tugas-tugas
tim. Sejumlah peneliti menganjurkan kriteria penilaian efektivitas tim.
· Pendekatan Psikodinamik
Pendekatan
psikodinamik dalam kepemimpinan dibangun berdasarkan dua asumsi dasar.Pertama,
karakteristik personal individu sesungguhnya telah tertanam jauh di dalam
kepribadiannya sehingga sulit untuk diubah walaupun dengan aneka cara. Kuncinya
adalah pengikut harus menerima secara legowo karakteristik seorang pemimpin,
memahami dampak kepribadiannya tersebut diri mereka, dan menerima keistimewaan
dan faktor ideosinkretik yang melekat pada seorang pemimpin. Kedua, invididu
memiliki sejumlah motif dan perasaan yang berada di bawah alam sadarnya.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki
dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out).
2.
SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada
setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada
pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
REFRENSI:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar