BERORIENTASI PADA TINDAKAN
Disusun oleh:
1.
Andry Ferdinand
Dito
(47215555)
2.
Lestari Noni
Cecilia S (43215813)
3.
Shella Ryana
Ananda (46215531)
Kelas: 2DA02
Mata Kuliah : Kewirausahaan
JURUSAN AKUNTANSI KOMPUTER
PROGRAM DIPLOMA TIGA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya
yang lebih berorientasi pada tindakan (action). Tidak hanya sekedar bermimipi, berkata
– kata, berpikir-pikir, atau berwacana. seseorang pengusaha selalu ingin menghadapi
risiko, ketidak pastian,dan keterbatasan dalam setiap masalah yang dihadapi. .
Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang ada
berubah menjadi bencana (kerugian). Sehebat apapun angan-angan untuk
menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi
pada tindakan dan tidak berani mengambil risiko. Begitu juga sebaliknya
tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan sia-sia.
Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan.
Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi
dan dilandasi oleh suatu pemikiran atau mindset.
Selain itu,
seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and
action). Hal ini berarti
dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi juga
melaksanakannya. Secara
spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only),
NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only). NATO hanya
akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO
hanya menghasilkan teori dan falsafah. Pada mumnya, yang berpikiran NACO adalah
akademisi yang berpikir menggunakan logika formal. Seorang konseptor atau
teoretikus, bekerja dengan data dan jarang sekali berada di lapangan.
Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari waktunya di lapangan
bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-pelanggannya. Maka supaya mendapatkan
data yang valid dan ilmiah, seorang konseptor harus terbiasa menguji
data-datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Tetapi, kalau seorang
konseptor tidak menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia bisa menjadi
ragu akan keputusannya, sehingga cenderung mengulangi lagi siklus di atas,
yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya,
dia bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1.
Apakah yang dimaksud karakter beriorentasi pada tindakan?
1.2.2.
Apa
itu Resiko?
1.2.3. Bagaimana cara mengelola Resiko?
1.2.4 Bagaimana sikap dan
tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan?
1.3 TUJUAN
1.3.1. Mengetahui arti Karakter Beriorentasi pada Tindakan
1.3.2. Mengetahui arti Resiko
1.3.3. Mengetahui cara mengelola Resiko
1.3.4. Mengetahui sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakter
yang berorientasi pada tindakan
Karakter yang berorientasi pada tindakan :
Merupakan karakter yang harus dimiliki dan dilakukan
oleh pengusaha. Hal ini sangat penting karena salah satu ciri seorang pengusaha
adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada tindakan (action) daripada
sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana. Seorang
pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam
setiap masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak,
segala kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian).
Karakter untuk menjadi pengusaha yang perlu
dikembangkan, diantaranya yaitu pemikirannya harus out of the box, harus berani
mengambil langkah ke depan tanpa flashback ke belakang.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi
pada tindakan :
Menurut kami sikap dan tindakan bagi pribadi yang
berorientasi pada tindakan merupakan sikap yang harus/wajib dilakukan oleh
pengusaha itu sendiri. Tidak hanya sekedar bicara dan bermimpi. Mereka
seharusnya memiliki orientasi PDCA
(plan, do, check, and action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan
berbagai strategi dan taktik, tetapi juga melaksanakannya.
B.
Pengertian resiko menurut para ahli :
1. Arthur
Williams dan Richard, M H
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang
dapat terjadi selama periode terentu
2. Abas
Salim
Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan
peristiwa kerugian
3. Soekarto
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa
4. Herman
Darmawi
Resiko adalah penyebaran penyimpangan hasil aktual
dari hasil yang diharapkan
C. Mengidentifikasi
resiko potensial :
Proses manajemen risiko terdiri dari beberapa
langkah dimana langkah paling awal adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang
potensial terjadi yang dapat membahayakan tercapainya tujuan strategis
perusahaan.
Tujuan dari mengidentifikasi risiko adalah untuk
mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko-risiko apa saja yang ada dan yang
diantisipasi akan terjadi yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi risiko kita
dapat mulai dengan mengenali sumber-sumber penyebab terjadinya permasalahan
atau dari permasalahan itu sendiri :
• Analisa sumber-sumber penyebab terjadinya
permasalahan.
Terjadinya permasalahan bisa disebabkan karena
faktor risiko internal atau eksternal.
Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko
yang terjadi di dalam perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia.
Risiko - risiko seperti ini biasanya timbul karena masalah keuangan,
organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah
lain di dalam perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang
diharapkan. Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek,
peningkatan biaya atau gangguan / interupsi pada arus kas.
Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko
di luar kontrol / kendali manusia, misalnya aktivitas di pasar uang / pasar
modal, kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan / alam (cuaca), dan
lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling penting adalah
bagaimana menghadapinya.
D.
Langkah-langkah pengelolaan resiko:
1. Dikontrol
(risk control)
Upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas
terjadinya risiko yang diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol resiko juga
dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
Upaya yang dilakukan untuk mengontrol resiko :
·
Membuat dan mengimplementasikan standar
operasional prosedur (SOP) yang baik.
·
Melakukan pengontrolan secara serius
terhadap kualitas produk dan proses.
·
Melengkapi area produksi dengan
alat-alat keselamatan kerja dan termasuk mengintrodusir budaya sadar resiko
kepada semua karyawan.
2. Ditransfer
kepada pihak lain (risk transfer)
Upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan
memindahkan resiko yang kita hadapi terhadap pihak lain.
Cara ditransfer kepada pihak lain, misalnya :
1.
Memindahkan resiko terjadinya kebakaran
toko kepada perusahaan asuransi.
2.
Untuk memindahkan resiko meningkatnya
beban biaya tetap pegawai dapat dilakukan dengan kontrak outsourcing.
3.
Untuk memindahkan resiko tingginya modal
kerja kepada konsumen dapat dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau
memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.
4.
Dibiayai sendiri (risk retention)
E. Upaya-upaya
mendanai dampak yang ditimbulkan oleh resiko.
Mendanai resiko :
1. Dengan
menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai resiko, yang tentu
akan membuat meningkatnya modal kerja.
2. Membiayai
resiko tanpa dana cadangan akan menimbulkan resiko baru, yaitu terganggunya
kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Contoh, ada resiko
kebakaran dari toko yang digunakan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk
ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut, sehingga
ekspansi gagal dilakukan.
3. Dihindari
(risk avoidance)
Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko yang
dihadapi. Perlu diingat, sebagai wirausaha, terlalu sering melakukan
penghindaran risiko bisa berdampak terhadap lambatnya pengembangan usaha, karena
bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan.
F. Pengelolaan
Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah
selanjutnya dalam manajemen risiko adalah mengelola risiko.
Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal
mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal
kerugian besar. Berbagai cara pengelolaan risiko:
a.
Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko
adalah dengan menghindar. Tetapi cara semacam ini tidak optimal.
Contoh: jika ingin memperoleh keuntungan dari
bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
Kemudian kita akan mengelola risiko tersebut.
b. Ditahan
(Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita
menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention).
c.
Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita
miliki sehingga tidak terkonsentrasi
pada satu atau dua eksposur saja.
Contoh: memegang aset tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam
(saham, obligasi, properti). Jika terjadi kerugian pada satu aset, kerugian
tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset yang lainnya.
d.
Transfer Risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara
risiko yang kita terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika
tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat menstransfer risiko tersebut
kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi
kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan
tersebut.
e.
Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan.
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi
terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang
alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan
risiko kebakaran.
f.
Pendanaan Risiko
Mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang
terjadi jika suatu risiko muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut
penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi
timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai tukar dolar terhadap
mata uang domestik di pasaran.
Contoh: jika terjadi kebakaran, bagaimana menanggung
kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah menggunakan
dana cadangan. Sebuah perbankan mempunyai kebijakan harus memiliki cadangan
dalam bentuk mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan terjadi kenaikan
atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.
G. Pengendalian
Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan.
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi
terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang
alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita mengendalikan
risiko kebakaran.
a.
Risk
Transfer
Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa
tidak memilki kompetensi dan waktu untuk mengelola risiko maka alternatif yang
dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah melakukan trnsfer risiko atau risk
transfer. Pada kondisi ini dengan
mengalokasikan sejumlah biaya tertentu (biaya lebih rendah jika dibandingkan
biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko terjadi) pada pihak lain yang
memilki kemampuan dan kapasitas untuk mengumpulkan eksposure sehingga mencapai
kondisi ekonomi.
Berikut ini beberapa cara dalam risk transfer.
-
Asuransi
Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya
mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi
yang diterima perusahaan asuransi,
sampai pada skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya
yang akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak
pastiannya.
Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang
diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer
bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang
diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi
sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam transaksi asuransi: (1)
perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang
dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4)
penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk
membayar tanggungan.
-
Hedging
Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan
melibatkan pihak lain sebagai penanggung jawab bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Hedging biasanya terkait dengan perlindungan
terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang asing. Misalnya kewajiban untuk dapat membayar
hutang dalam dolar atau dalam mata uang asing lainnya, atau juga kewajiban
untuk membayar pembelian bahan baku dalam mata uang asing seperti dolar atau
pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah misalnya
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja waktu kejadian
kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah yang
mencapai 500%. Pada kondisi ini
perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi membeli dollar
dimasa depan akan sangat tertolong
mengingat sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan
tidak harus membeli pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan
yang berlaku dalam kontrak. Untuk
kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.
-
Incoporated
Incoporated merupakan bentuk transfer risiko bagi individu mengingat dengan pembentukan perusahaan kewajiban
pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan.
Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif,
sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya
kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemgang saham dan
pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang
berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya
dijual, hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika
masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya.
H. Perencanaan
dan Tindakan
Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya
khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud
tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang
mantap dalam menentukan nilai hidupnya.
Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang
diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal
ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang
kita ambil.
Membuat keputusan (decion making) adalah suatu
proses memilih alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada. Jadi,
membuat keputusan adalah suatu proses memilih antara berbagai macam cara untuk
melaksanakan pekerjaan. Semakin berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin
besar pula kepercayaan diri yang akan semakin berorientasi pula pada suatu
tindakan. Jika seorang Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam
batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan
yang menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.
Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar
dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam
bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang
penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks
yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama akan
mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.
Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif dalam dan
lebih kreatif, karena ia harus membuat keputusan (decision making) tanpa
bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka) atau dukungan staf
yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis,
tergantung pada kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan kemampulabaan
bisnisnya pada masa yang akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat
diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam
prakteknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan
diambil tindakan pembetulannya.
Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan
pengambilan keputusan itu didasarkan atas dasar data-data dan dokumentasi
perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan usaha, dan sebagainya.
Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara
yang sudah ditentukan, sesuai dengan teknik-teknik pemecahan masalah. Adapun
pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah sebagai berikut :
-
Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta
dari persoalan yang sudah dikenal.
-
Identifikasi, bidang manakah dari
persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan fakta-fakta. Di bidang yang dikenal
inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan logika, penalaran, dan institusinya
untuk membuat keputusan.
-
Keberanian dan antusiasme sangat
diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan.
-
Bersedia untuk mengambil tindakan
agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
-
Ambillah risiko yang sedang-sedang saja
jika terdapat ketidakpastian yang besar.
-
Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik
untuk meneruskan sesuatu yang telah berhasil pada masa lampau.
-
Jauhilah keputusan-keputusan yang akan
mengubah secara drastic susunan organisasi yang sekarang.
-
Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
Seorang Wirausaha harus memulai menerapkan
keputusan, semua keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh.
Jika Anda dihadapkan pada alternatif harus memilih, maka buatlah
pertimbanganpertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan boleh
meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-ragu.
Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha akan dapat
mengambil keputusan yang terbaik. Banyak factor yang dapat mempengaruhi
pembuatan keputusan (decision making), diantaranya motivasi, persepsi, dan proses
belajar. Dalam proses pembuatan keputusan, kenyatannya ada Wirausaha yang mampu
mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan ada pula Wirausaha yang
berperilaku membuat keputusan secara otomatis.
Jika keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman
masa lalu, hendaknnya tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan Wirausaha,
dan sebagainya.
-
Seorang Wirausaha yang kreatif adalah
yang pandai mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam bisnisnya.
-
Seorang Wirausaha suksesnya tergantung
pada kemampuan mengambil keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnis pada
masa mendatang.
-
Seorang wirausaha yang ingin maju sangat
tergantung pada.
-
ekspentasi masa depan dan keberlanjutan
bisnisnya.
I. Sifat-sifat
yang Menghasilkan Tindakan yang Efektif
Adapun tujuh sifat yang bisa menghasilkan
tindakan-tindakan yang efektif yaitu :
1. Jadilah
Proaktif (Be Proactive)
Jadilah proaktif maksudnya adalah lebih dari sekedar
mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku
kita sendiri (di masa lalu, dimasa sekarang, maupun di masa mendatang), dan
membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang
pada suasana hati atau keadaan.
2. Merujuk
pada Tujuan Akhir (Begin With The End in Mind)
Merujuk pada tujuan akhir tidak Sekedar tujuan,
tetapi tujuan yang benar agar mencapai tujuan yang benar. Tuliskan misi pribadi
hidup kita yang menggambarkan tujuan dan citra diri, Misi pribadi ditemukan
melalui serangkaian tindakan atau kejadian-kejadian pahit sehingga membentuk
kebajikan dan filosoSOFI
3. Dahulukan
yang Utama (Put First Thing First)
Dahulukan yang utama maksudnya adalah
mengorganisasikan dan melaksanakan apa-apa yang telah diciptakan secara mental
(tujuan, visi, nilai-nilai, dan prioritas-prioritas yang kita miliki). Hal-hal
sekunder tidak didahulukan, hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Intinya adalah
memastikan diutamakannya hal yang utama.
4. Berfikir
Menang/Menang (Think Win Win)
Berfikir menang/menang maksudnya adalah cara
berfikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap
saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang mendorong
penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi
yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagai
informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
5. Memahami
untuk Dipahami (To Understand To BeUnderstood)
Memahami untuk dipahami maksudnya adalah memahami
apa yang orang lain sampaikan kemudian baru sebaliknya, mereka akan memahami
kita demi terciptanya komunikasi yang lancar dan inti yang dibicarakan
tersampaikan. Dengan kata lian kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk
memahami orang lain, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan.
Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau
membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami
terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan, berusaha
dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara
keduanya.
6. Wujudkan
Sinergi (Synergy)
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga
bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara
kita masing-masing. Sinergi adalah buah dari sikap saling menghargai sikap
memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi
masalah, memanfaatkan peluang.
7. Mengasah
Gergaji (Sharpening The Saw)
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri
terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional,
mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk
menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
BAB III
ANALISIS
Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa :
· Berorientasi pada tindakan berarti
berpikir cepat dan bertindak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi
permasalahan yang baik dan efektif. Selain itu, seorang pengusaha juga harus
memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and action). Secara spesifik, seorang
pengusaha harus menghindari NATO (no action talk only), NADO (no action dream
only) dan NACO (no action concept only).
· Sikap dan tindakan pribadi yang
berorientasi pada tindakan dalam melakukan suatu tindakan, yaitu :
o Proaktif
o Bermula dari Ujung Pemikiran (end of mind)
atau Tujuan
o Mendahulukan Hal yang Utama
o Berpikir dan bertindak Menang-Menang
o Memahami untuk dipahami
o Sinergi
o Menajamkan ketahanan, fleksibilitas, dan
kekuatan
o Menemukan keunikan pribadi dan membantu
orang lain menemukannya
· Risiko adalah suatu kemungkinan yang
terjadi berupa konsekuensi, akibat, atau bahaya yang tidak diinginkan atau tidak
sesuai dengan harapan yang terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung
atau kejadian yang akan datang.
· Adapun jenis-jenis strategi untuk
mengelola risiko antara lain:
o Risk Transfer
o Risk Avoidance
o Risk Retention
o Risk Reduction
o Risk Deferral
Segala sesuatu
harus selalu saling berdampingan antara perencanaan atau strategi dan tindakan.
Kedua hal tersebut harus saling mendukung satu sama lain karena dengan
perencanaan sebaik-baiknya apabila tidak ada tindakan yang tepat maupun tidak
ada tindakan sama sekali perncanaan tersebut tidak akan pernah berjalan. Begitu
juga sebaliknya, dengan tindakan yang dilakukan akan tetapi tidak dilakukan
dengan perencanaan yang baik tidak akan menghasilkan output yang maksimal.
Dengan berani
memberikan strategi dan melakukan tindakan juga harus dibarengi dengan adanya
tanggung jawab dengan apa yang telah dirancang maupun yang telah dilakukan.
Sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan apa yang telah ktia rancang maupun
yang telah kita lakukan.
Adapun
kesimpulan yang diperoleh adalah :
- Sehebat apapun
angan-angan untuk menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika
tidak berorientasi pada tindakan dan tidak berani mengambil resiko. Begitu juga
sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi dengan strategi yang betul akan
sia-sia.
b. Strategi dan
tindakan adalah dua hal yang penting dalam menciptakan perubahan.
c. Strategi yang
berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan inovasi dan dilandasi
oleh entrepreuneurial mindset.
d. Talk less do
less, talk more do more, and talk much do much!
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Pengertian
Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertidak terhadap suatu
keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini
terkadang dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan,
seberapa cepat untuk mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang
ada, dan seberapa jauh komitmen orang tersebut atas perkataannya. Perencanaan
dan Tindakan Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam
berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada
tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam
menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang
diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal
ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang
kita ambil. Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih
alternatif tertentu dari beberapa alternatif yang ada.
Resiko sangat tidak bisa dihindari tetapi
resiko dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pengelolaan resiko. Karena
resiko sangat mengandung ketidak pastian, maka dalam menjalankan usaha perlu
diterapkan manajemen resiko maupun pengelolaan resiko, pengelolaan resiko
terbagi dalam bermacam-macam metode, mulai dari penghindaran,menahan atau
menanggung, diversifikasi, transfer resiko, pengendalian resiko, pendanaan
resiko. Dalam metode transfer resiko ada berbagai macam cara, diantaranya adalah
asuransi, hedging dan incoporated.
B.
SARAN
Untuk menjadi seorang entrepreneur yang hebat,
berikut ini hal-hal yang kami sarankan untuk dilaksanakan :
1. Membuat strategi sebaik baiknya maupun
perencanaan yang baik dan dilanjutkan dengan tindakan sesuai dengan strategi
ataupun perencanaan yang ada.
2. Melakukan segala sesuatu dengan dibarengi
pertanggung jawaban.
3. Latihlah pribadi Anda untuk memiliki
sifat-sifat yang efektif.
4. Jangan pernah berhenti belajar dari entrepreneur yang
telah sukses sebelumnya.
5. Bentuklah pribadi yang berkomitmen dan
memiliki loyalitas yang tinggi.
REFRENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar